- "Buku adalah gudang ilmu, membaca dan bertanya adalah kunci-kuncinya" -

Tuesday, September 30, 2014

Puasa Arafah



1.Pengertian Puasa Arafah

Puasa Arafah ialah puasa yang dilakukan sebelum idul qurban atau idul adha yaitu pada tanggal 9 dzulhijjah. 9 dzulhijjah merupakan hari yang mulia saat di mana datang pengampunan dosa dan pembebasan diri dari siksa neraka. Dinamakan puasa Arafah dikarenakan ketika itu para jama’ah haji sedang melakukan wukuf dibawah terik matahari di padang Arafah. Puasa ini dianjurkan untuk orang yang tidak pergi haji sedangkan bagi orang yang berhaji tidak disyariatkan untuk puasa Arafah. Hari Arafah memang salah satu hari yang istimewa, karena pada hari itu Allah membanggakan para hamba-Nya yang sedang berkumpul di Arafah di hadapan para malaikat-Nya. Maka dari itu tidak aneh jika kaum muslimin yang tidak wukuf di Arafah disyariatkan untuk berpuasa selama satu hari dengan janji keutamaan yang sangat besar.


2. Sejarah Puasa Arafah

Dalam sejarahnya, munculnya puasa Arafah ini berkaitan dengan umat Islam pada generasi awal. Ketika itu, umat ini memiliki semangat yang besar untuk berlomba dalam kebaikan.Disaat yang lain berkesempatan melakukan ibadah haji ketika wukuf di Arafah maka muncullah keingintahuan mereka yang belum berkesempatan untuk melaksanakan haji supaya memiliki kesempatan untuk beribadah juga. Bagi yang berkesempatan melaksanakan haji mereka bisa melaksanakan wukuf. Sedangkan untuk mereka yang belum berkesempatan melaksanakan wukuf, bisa melakukan puasa Arafah.


3. Niat Puasa Arafah

نويت صوم عرفة سنة لله تعالى

Ejaan    : Nawaitu Sauma 'Arafata Sunnatal Lillahi Ta'ala
Artinya :“Saya niat puasa Arafah , sunnah karena Allah ta’ala.”

4. Keutamaan Puasa Arafah

Puasa Arafah memiliki beberapa keutamaan diantaranya ialah:

a). Menghapuskan dosa dua tahun

"Menghapuskan dosa dua tahun" bisa mengandung dua pengertian: 
Pertama, Allaha menghapuskan dosa-dosanya selama dua tahun (jika dosa-dosa besar dijauhi).
Kedua, Allah akan menjaganya sehingga tidak melakukan kemaksiatan pada masa dua tahun tersebut.

Dosa yang akan dihapuskan melalui puasa ini adalah dosa-dosa kecil, bukan dosa besar. Karena dosa besar membutuhkan taubat darinya. Sedangkan dihapuskannya tersebut memiliki syarat, yakni: dengan meninggalkan dosa-dosa besar. Hal ini seperti firman Allah Ta'ala,

إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ

"Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar yang kalian dilarang mengerjakannya, nisacaya kami hapuskan kesalahan-kesalahan (dosa-dosa kecil) kalian." (QS. Al-Nisa': 31)

Ibnu Katsir berkata, "Maksudnya: Apabila kalian jauhid dosa-dosa besar yang kalian dilarang darinya, kami hapuskan dosa-dosa kecil dari kalian dna kami masukkan kalian ke dalam surga."

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Shalat lima waktu, satu Jum'at ke Jum'at berikutnya, satu Ramadhan ke Ramadhan berikutnya menjadi kafarah (penghapus dosa) di antara keduanya jika dijauhi dosa-dosa besar." (HR. Muslim)


b). Pembebasan dari api neraka
Sebagian ulama’ menjelaskan jika pembebasan dari neraka pada hari Arafah diberikan Allah bukan hanya kepada para jamaah haji yang sedang wukuf saja tetapi juga kepada kaum muslimin yang tidak sedang menjalankan haji. Terlimpahkannya ampunan Allah terhadap dosa selama dua tahun melalui puasa Arafah sangat berkaitan dengan keutamaan ini.
“Di antara hari yang Allah banyak membebaskan seseorang dari neraka adalah hari Arofah. Dia akan mendekati mereka lalu akan menampakkan keutamaan mereka pada para malaikat. Kemudian Allah berfirman: Apa yang diinginkan oleh mereka?” (HR. Muslim)

c). Dikabulkannya doa
Secara umum doa orang yang berpuasa akan dikabulkan oleh Allah. Jika Ditambah lagi dengan keutamaan waktu hari Arafah yang merupakan sebaik-baik doa pada waktu itu, maka semakin kuatlah keutamaan terkabulnya doa orang yang berpuasa Arafah pada hari itu.

“Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari Arafah. Dan sebaik-baik yang kuucapkan, begitu pula diucapkan oleh para Nabi sebelumku adalah ucapan “Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku walahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qadiir (Tidak ada Ilah kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. MilikNyalah segala kerajaan dan segala pujian, Allah Maha Menguasai segala sesuatu).” (HR. Tirmidzi, Hasan)


0 comments:

Post a Comment

 
Terima Kasih atas kunjungan Saudara... Semoga bermmanfaat ^_^